INDRAMAYU, sergaptarget.com – Sebuah tugu berdiri kokoh di Blok Harendong, Desa Sukaslamet, Kecamatan Kroya. Bagi sebagian orang, ia mungkin sekadar bangunan penanda. Namun bagi masyarakat Indramayu Barat, tugu itu adalah simbol harapan, penantian panjang, sekaligus keyakinan bahwa perjuangan menuju pemekaran wilayah tak lagi sebatas wacana.
Peresmian Tugu Titik Nol Kilometer Indramayu Barat, yang dilaksanakan pada 22 November 2025 dan diresmikan langsung oleh Bupati Indramayu Lucky Hakim, menjadi babak baru dalam sejarah perjuangan calon Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Indramayu Barat. Momentum ini menandai keseriusan pemerintah daerah dalam mendorong lahirnya Indramayu Barat sebagai kabupaten mandiri.
Acara peresmian berlangsung khidmat dan sarat makna. Hadir Ketua DPRD Kabupaten Indramayu, jajaran Forkopimda, para camat dan kuwu dari wilayah Indramayu Barat, hingga tokoh-tokoh pejuang pemekaran dari berbagai organisasi masyarakat seperti PMIB, KORIB, SOIB, FASN Inbar, FOSMA Inbar, PPKIB, serta relawan yang sejak lama mengawal aspirasi pemekaran.
Secara administratif, Indramayu Barat bukanlah wilayah kecil. Dengan cakupan 10 kecamatan, 95 desa, jumlah penduduk sekitar 725 ribu jiwa, serta luas wilayah mencapai 927,26 kilometer persegi, kawasan ini dinilai telah memenuhi syarat dasar untuk berdiri sebagai daerah otonomi baru.
Dalam sambutannya, Bupati Lucky Hakim menegaskan bahwa tugu tersebut bukan sekadar monumen, melainkan pernyataan sikap pemerintah daerah.
"Titik nol ini bukan hanya simbol fisik, tetapi simbol politik dan psikologis. Ini adalah doa bersama sekaligus tanda bahwa pemerintah daerah serius memperjuangkan pemekaran Indramayu Barat, sambil menunggu keputusan pusat dan berharap moratorium segera dicabut," ujarnya.
Lucky juga mengingatkan bahwa pemekaran tidak boleh hanya berlandaskan semangat, tetapi harus ditopang kekuatan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah daerah, kata dia, telah menyiapkan arah pembangunan ekonomi melalui pengembangan kawasan industri di wilayah Gantar, Sukra, Patrol, dan Kandanghaur, tanpa mengorbankan sektor pertanian.
"Pertanian tetap menjadi fondasi. Kita dorong intensifikasi, sehingga satu hektare lahan bisa menghasilkan hingga 12 ton padi. Produktivitas meningkat, kesejahteraan masyarakat ikut terangkat," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum FOSMA Inbar, H. Abdul Rohman, S.E., menyebut peresmian Tugu Titik Nol sebagai jawaban atas keraguan yang selama ini menghantui perjuangan pemekaran.
"Ini bukti bahwa perjuangan masyarakat Indramayu Barat tidak sia-sia. Apa yang dulu dijanjikan saat kampanye kini mulai diwujudkan. Kami mengapresiasi komitmen Bupati Lucky Hakim dan Wakil Bupati H. Syaefudin," ungkapnya.
Ia juga menyampaikan penghargaan kepada seluruh elemen masyarakat dan pejuang pemekaran, khususnya PPKIB, yang secara konsisten menjaga bara perjuangan meski harus melewati berbagai tantangan dan pergantian kepemimpinan.
"Kami berharap tugu ini menjadi pertanda bahwa pemekaran Indramayu Barat tinggal menunggu waktu. Semoga moratorium segera dicabut dan Indramayu Barat benar-benar lahir sebagai kabupaten baru," pungkasnya.
Kini, Tugu Titik Nol Kilometer itu berdiri sebagai saksi bisu tekad masyarakat Indramayu Barat. Sebuah penanda bahwa mimpi panjang tentang kemandirian daerah tidak lagi samar melainkan semakin nyata di depan mata.
(Asep Yana Supriadi)

